A. Pengertian
Matematika
Kata matematika berasal dari
perkataan latin mathematica, yang mulanya diambil dari perkataan Yunani mathematike
yang berarti ”relating to learning”. Perkataan itu mempunyai asal
katanya mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge,
science). Kata mathematike berhubungan pula dengan kata lainnya yang
hampir sama, yaitu mathenein yang artinya belajar (berpikir) (Erman
Suherman, 2003:15).
Berdasarkan etimologis (Elea
Tinggih dalam Erman Suherman) perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan
yang didapat dengan berpikir (bernalar). Matematika lebih menekankan kegiatan
dalam dunia rasio (penalaran), sedangkan dalam ilmu lain lebih menekankan hasil
eksperimen atau hasil observasi. Matematika terbentuk sebagai hasil pemikiran
manusia yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran (Russeffendi ET
dalam Erman Suherman). Matematika terbentuk dari pengalaman manusia dalam
dunianya secara empiris. Kemudian pengalaman itu diproses di dalam dunia rasio,
diolah secara analisis dan sintesis dengan penalaran di dalam struktur kognitif
sehingga sampai terbentuk konsep-konsep matematika. Agar konsep-konsep
matematika yang terbentuk itu mudah dipahami oleh orang lain dan dapat
dimanipulasi secara tepat, maka digunakan notasi matematika dan istilah yang
cermat yang disepakati bersama secara global (universal) yang dikenal
dengan bahasa matematika (Erman Suherman, 2003:16).
Beberapa definisi para ahli mengenai
matematika antara lain (Erman Suherman, 2003:16-17):
1. Russefendi
(1988:23)
Matematika terorganisasikan dari
unsur-unsur yang tidak didefinisikan, definisi-definisi, aksioma-aksioma, dan
dalil-dalil dimana dalil-dalil setelah dibuktikan kebenarannya berlaku secara
umum, karena itulah matematika sering disebut ilmu deduktif.
2. James dan
James (1976)
Matematika adalah ilmu tentang logika,
mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu
dengan lainnya. Matematika terbagi dalam tiga bagian besar yaitu aljabar,
analisis dan geometri. Tetapi ada pendapat yang mengatakan bahwa matematika
terbagi menjadi empat bagian yaitu aritmatika, aljabar, geometri dan analisis
dengan aritmatika mencakup teori bilangan dan statistika.
3. Johnson dan
Rising dalam Russefendi (1972)
Matematika adalah pola berpikir, pola
mengorganisasikan, pembuktian yang logis, matematika itu adalah bahasa yang
menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat
representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai
ide dari pada mengenai bunyi.
4. Reys, dkk.
(1984)
Matematika adalah telaah tentang pola dan
hubungan, suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu
alat.
5. Kline (1973)
Matematika itu bukan pengetahuan menyendiri
yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu
terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan
sosial, ekonomi, dan alam.
Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) dalam Abdul Halim Fathani, matematika didefinisikan sebagai
sebagai tentang bilangan, hubungan antara bilangan antara prosedur operasional
yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan. Konsep matematika
didapat karena proses berpikir, karena itu logika adalah dasar terbentuknya
matematika. Pada awalnya cabang matematika yang ditemukan adalah Aritmatika
atau Berhitung, Aljabar, Geometri. Setelah itu ditemukan Kalkulus sebagai
tonggak terbentuknya cabang matematika baru yang lebih kompleks antara lain
Statistika, Topologi, Aljabar Abstrak, Aljabar Linear, Himpunan, Geometri
Linier, Analisis Vektor, dll.
Berdasarkan definisi di atas
banyak definisi dari matematika. Semua definisi dapat kita terima, karena
memang matematika dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang dan karena
matematika itu sendiri memang bisa mencakup seluruh aspek manusia, dari yang
paling sederhana sampai yang paling kompleks.
B. Matematika
Sebagai Ilmu Deduktif
Matematika dikenal sebagai
ilmu deduktif, karena proses mencari kebenaran (generalisasi) dalam matematika
berbeda dengan ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan yang lain. Metode
pencarian kebenaran yang dipakai adalah metode deduktif, tidak dapat dengan
cara induktif. Pada ilmu pengetahuan alam adalah metode induktif dan
eksperimen. Walaupun dalam matematika mencari kebenaran itu dapat dimulai dengan
cara induktif, tetapi seterusnya generalisasi yang benar untuk semua keadaan
harus dapat dibuktikan dengan cara deduktif. Dalam matematika suatu
generalisasi dari sifat, teori atau dalil itu dapat diterima kebenarannya
sesudah dibuktikan secara deduktif (Erman Suherman, 2003:18).
Contoh dalam ilmu fisika,
bila seorang melakukan percobaan (eksperimen) sebatang logam dipanaskan maka
memuai dan dilanjutkan dengan logam-logam yang lainnya, dipanaskan ternyata
memuai juga, maka ia dapat membuat kesimpulan (generalisasi) bahwa setiap logam
yang dipanaskan itu dapat memuai. Generalisasi yang dibuat secara induktif
tersebut dalam ilmu fisika dapat dibenarkan. Namun dalam matematika contoh itu
baru dianggap sebagai generalisasi jika kebenarannya dapat dibuktikan secara
deduktif.
C. Matematika
Sebagai Ilmu Terstruktur
Matematika merupakan ilmu
terstruktur yang terorganisasikan. Hal ini karena matematika dimulai dari unsur
yang tidak didefinisikan, kemudian unsur yang didefinisikan ke aksioma/postulat
dan akhirnya pada teorema. Konsep-konsep matematika tersusun secara hierarkis,
terstruktur, logis, dan sistimatis mulai dari konsep yang paling sederhana
sampai pada konsep yang paling kompleks. Oleh karena itu untuk mempelajari
matematika, konsep sebelumnya yang menjadi prasyarat, harus benar-benar
dikuasai agar dapat memahami topik atau konsep selanjutnya. Dalam pembelajaran
matematika guru seharusnya menyiapkan kondisi siswanya agar mampu menguasai
konsep-konsep yang akan dipelajari mulai dari yang sederhana sampai yang lebih
kompleks.
Contoh seorang siswa yang akan
mempelajari sebuah volume kerucut haruslah mempelajari mulai dari lingkaran,
luas lingkaran, bangun ruang dan akhirnya volume kerucut. Untuk dapat
mempelajari topik volume balok, maka siswa harus mempelajari rusuk/garis, titik
sudut, sudut, bidang datar persegi dan persegi panjang, luas persegi dan
persegi panjang, dan akhirnya volume balok. Struktur matematika adalah sebagai
berikut :
a. Unsur-unsur
yang tidak didefinisikan
Misal: titik, garis, lengkungan, bidang,
bilangan, dll. Unsur-unsur ini ada, tetapi kita tidak dapat mendefinisikannya.
b. Unsur-unsur
yang didefinisikan
Dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan
maka terbentuk unsur-unsur yang didefinisikan. Misal: sudut, persegi panjang,
segitiga, balok, bilangan ganjil, pecahan desimal, FPB dan KPK, dll.
c. Aksioma dan
postulat
Dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan
dan unsur-unsur yang didefinisikan dapat dibuat asumsi-asumsi yang dikenal
dengan aksioma atau postulat. Misal:
·
Melalui 2 titik sembarang hanya dapat dibuat sebuah garis.
·
Semua sudut siku-siku satu dengan lainnya sama besar.
·
Melalui sebuah titik hanya dapat dibuat sebuah garis yang
tegak lurus ke sebuah garis yang lain.
·
Sebuah segitiga tumpul hanya mempunyai sebuah sudut yang
lebih besar dari.
d. Dalil atau
Teorema
Dari unsur-unsur yangtidak didefinisikan
dan aksioma maka disusun teorema-teorema atau dalil-dalil yang kebenarannya
harus dibuktikan dengan cara deduktif. Misal:
· Jumlah dua bilangan ganjil
adalah genap
· Jumlah ketiga sudut pada
sebuah segitiga sama dengan
· Jumlah kuadrat sisi
siku-siku pada sebuah segitiga siku-siku sama dengan kuadrat sisi miringnya.
D. Matematika
Sebagai Ratu dan Pelayan Ilmu
Matematika sebagai ratu atau ibunya ilmu dimaksudkan bahwa
matematika adalah sebagai sumber dari ilmu yang lain. Dengan kata lain banyak
ilmu yang penemuannya dan pengembangannya bergantung pada matematika (Erman
Suherman, 2003:25). Contohnya:
1. Penemuan
dan pengembangan teori Mendel dalam biologi melalui konsep probabilitas.
2. Dengan matematika, Einstein
membuat rumus yang dapat digunakan untuk menaksir jumlah energi yang dapat
diperoleh dari ledakan atom.
3. Dalam ilmu pendidikan dan
psikologi, khususnya dalam teori belajar, selain digunakan statistik juga
digunakan persamaan matematis untuk menyajikan teori atau model dari
penelitian.
4. Dalam
ilmu kependudukan, matematika digunakan untuk memprediksi jumlah penduduk dll.
5. Dalam
seni grafis, konsep transformasi geometri digunakan untuk melukis mosaik.
6. Banyak teori-teori dari fisika
dan kimia (modern) yang ditemukan dan dikembangkan melalui konsep Kalkulus.
7. Teori
Ekonomi mengenai Permintaan dan Penawaran dikembangkan melalui konsep fungsi
dan kalkulus diferensial maupun integral.
Dari kedudukan sebagai ratu ilmu
pengetahuan tersirat bahwa matematika merupakan ilmu yang berfungsi melayani
ilmu pengetahuan lain.
E. Karekteristik
Matematika
Hakikat matematika menurut
Soedjadi dalam Purwanto (2004:264) menunjuk kepada segi-segi penting dan
mendasar yang diantaranya menyangkut karakteristik matematika. Karakteristik
tersebut mengacu pada ciri-ciri khusus yang dapat merangkum pengertian
matematika secara umum, yaitu sebagai berikut:
a. Memiliki objek kajian yang abstrak
Matematika memiliki objek kajian yang bersifat abstrak. Ada empat
objek kajian matematika, yaitu fakta, konsep, operasi dan relasi, prinsip.
Selanjutnya dari objek dasar inilah dapat disusun suatu pola matematika.
Fakta artinya pemufakatan atau konvensi
yang biasanya diungkapkan melalui simbol-simbol atau rangkaian simbol tertentu.
Misalnya simbol “^” yang berarti tegak lurus,
simbol “// ” berarti sejajar, dan sebagainya. Cara memperkenalkan fakta kepada
peserta didik adalah melalui tahapan-tahapan yang memungkinkan peserta didik
dapat menyerap makna dari simbol-simbol tersebut. Penggunaan simbol seharusnya
secara informal pada tahap awal pembelajaran, untuk membantu anak tetap pada
pola dan hubungan yang dapat mereka pahami. Dalam hal ini perlu menerapkan
pendekatan dari J. Bruner, yaitu enaktif-ikonik-simbolik.
Konsep adalah ide abstrak yang dapat
digunakan untuk menggolongkan atau mengkategorikan sekumpulan objek, apakah
objek tertentu merupakan contoh atau bukan contoh. Misalnya “segitiga”
merupakan nama suatu konsep, maka dengan konsep tersebut peserta didik dapat
membedakan mana yang merupakan contoh segitiga dan mana yang bukan contoh
segitiga. Konsep dapat dipelajari dengan memberikan definisi atau observasi
langsung. Peserta didik telah memahami suatu konsep apabila ia dapat memisahkan
yang mana contoh dan yang mana bukan contoh konsep.
Operasi adalah pengerjaan hitung,
pengerjaan aljabar dan pengerjaan matematika lainnya. Sementara relasi adalah
hubungan antara dua atau lebih elemen. Contoh operasi adalah penjumlahan,
perpangkatan, gabungan, irisan dan lain-lain. Sedangkan contoh relasi adalah
sama dengan, lebih kecil, lebih besar dan sebagainya. Operasi sering kali
disebut dengan skill (keterampilan), bila yang ditekankan adalah
keterampilannya. Keterampilan ini dapat dipelajari melalui demontrasi, drill
dan lain-lain. Peserta didik dianggap telah menguasai suatu keterampilan atau
operasi apabila ia dapat mendemontrasikan keterampilannya atau mengoperasikan
dengan benar.
Prinsip adalah objek dalam matematika
yang terdiri atas beberapa fakta, beberapa konsep yang dikaitkan oleh suatu
relasi atau operasi. Dengan kata lain, prinsip adalah hubungan di antara
berbagai objek dasar matematika. Yang termasuk dalam prinsip, misalnya aksioma,
teorema, dalil, corollary, sifat dan sebagainya (Fathani, 2009:59-66).
b. Bertumpu pada kesepakatan
Simbol-simbol dan istilah-istilah dalam matematika merupakan
kesepakatan atau konvensi yang penting. Dengan simbol dan istilah yang telah
disepakati, pembahasan selanjutnya akan menjadi mudah dikomunikasikan dan
dilakukan. Sedangkan kesepakatan dalam matematika merupakan tumpuan yang amat
penting. Kesepakatan yang sangat mendasar adalah aksioma (postulat, yaitu
pernyataan pangkal yang tidak perlu pembuktian), dan konsep primitif
(pengertian pangkal yang tidak perlu didefinisikan). Aksioma diperlukan dalam
matematika untuk menghindarkan berputar-putar dalam pembuktian, sedangkan
konsep primitif diperlukan untuk menghindarkan berputar-putar pada
pendefinisian. Sebagai contoh; titik, garis, dan bidang merupakan unsur-unsur
primitif atau pengertian pangkal dalam geometri Euclid. Sementara salah satu
aksioma di dalamnya adalah “melalui dua buah titik ada tepat satu garis lurus
yang dapat dibuat” (Fathani, 2009:66-68).
c. Berpola pikir deduktif
Matematika dilukiskan sebagai suatu kumpulan sistem yang secara
“ilmu” hanya dapat diterima melalui pola pikir deduktif. Pola pikir deduktif
secara sederhana dapat dikatakan pemikiran yang berpangkal dari hal yang
bersifat umum dan diterapkan atau diarahkan kepada hal yang bersifat khusus. Dalam
pola pikir deduktif, kebenaran suatu konsep dalam matematika diperoleh sebagai
akibat logis dari kebenaran-kebenaran sebelumnya yang telah diterima. Pola
pikir deduktif ini dapat terwujud dalam bentuk yang amat sederhana, dan juga
dapat terwujud dalam bentuk yang tidak sederhana (Fathani, 2009:68).
d. Konsisten dalam
sistemnya
Dalam matematika terdapat sistem yang terkait maupun yang
terlepas satu sama lain, yang dibentuk dari beberapa aksioma dan beberapa
teorema. Sistem aljabar dengan sistem geometri dapat dipandang terlepas satu
dengan yang lainnya, tetapi dalam sistem aljabar dan sistem geometri sendiri
terdapat beberapa sistem yang lebih kecil yang terkait satu sama lain, dan di
dalamnya berlaku ketaat-azasan atau konsisten. Artinya, dalam setiap sistem
tidak boleh terdapat unsur kontradiksi. Suatu teorema atau definisi harus
menggunakan istilah atau konsep yang telah ditetapkan terlebih dahulu (Fathani,
2009:69).
e. Memiliki simbol yang
kosong arti
Di dalam matematika, banyak sekali simbol-simbol baik berupa
huruf latin, huruf Yunani, maupun simbol-simbol khusus lainnya, yang membentuk
kalimat dalam matematika dan biasa disebut dengan model matematika. Model
matematika tersebut dapat berupa persamaan, pertidaksamaan, fungsi dan
lain-lain. Selain iu, dapat pula berupa bangun-bangun geometri, grafik, diagram
dan sebagainya. Sebagai contoh; simbol huruf x, y dan z
dalam model matematika seperti pada persamaan x + y = z
belum tentu bermakna sebagai bilangan, dan simbol “+” untuk dua bilangan masih
kosong dalam arti (Fathani, 2009:70).
f. Memperhatikan semesta
pembicaraan
Apabila kita menggunakan simbol-simbol matematika yang bermakna
kosong dalam arti, maka kita seharusnya memperhatikan pula lingkup
pembicaraannya. Lingkup pembicaraan ini disebut dengan semesta pembicaraan (Universal
Set) yang berfungsi untuk menentukan benar atau tidaknya, atau ada
atau tidaknya penyelesaian suatu model matematika (Fathani, 2009:71).
DAFTAR PUSTAKA
Fathani, A.H.. 2009. Matematika Hakikat dan Logika. Jakarta: Ar-Ruzz Media.
Suherman, E.. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan beri komentar untuk memperkaya konten Blog ini dengan mengisi form berikut.